Jumat, 19 Desember 2014

Cooperative Learning



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kelompok merupakan konsep yang penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secar tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya. Sehingga, mereka merasa memiliki, dan merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pendidikan ada yang disebut dengan pembelajaran kooperatif. Dimana pembelajan kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran. Dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Pembelajran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan tertentu. Namun demikian,  penelitian selama dua tahun ini telahmengidentifikasi metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkanberbagai macam mata pelajaran. Mulai dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah yang kompleks. Selain itu, pembelajran kooperatif juga memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda.



B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
2.      Konsep Pembelajaran Kooperatif
3.      Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kooperatif
4.      Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
5.      Hasil Peelitian yang telah Dilakukan Mengenai Cooperative Learning
6.      Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

C.    Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini penyusun bertujuan agar seluruh mahasiswa dan mahasiswi IAID dapat memahami dan mengerti tentang Pembelajaran Kooperatif. Terutama dapat mengaplikasikan dalam pembelajran berlangsung nanti. Serta menjadi bekal bagi calon pendidik supaya lebih mantap saat persiapan mengahadapi pembelajran dengan anak didik (siswa). Selain itu, tujuannya yakni agar dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhka sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat berfikir bersama dalam pemecahan masalah.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan , 1996). Dalam kegiatan kooperatif, mahasiswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi belajar koopertif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajran yang memungkinkan mahasiswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut Slavin (1984) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajra dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual ataupun kelompok.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok , yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Aplikasinya didalam pembelajaran dikelas,  model pembelajaran ini mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami oleh mahasiswa dalam keseharian, dengan bentuk yang disederhanakan dalam kehidupan kelas. Model pembelajaram ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari dosen , melainkan bisa juga dari pihak yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan persoalan belajar itu akan baik apabila secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan dibawah bimbingan dosen, maka proses penerimaan dan pemahaman mahasiswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Model belajar cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar.
Model belajar cooperative learningmendorong peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena mahasiswa dapat bekerja sama dengan mahasiswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri mahasiswa terutama aspek afektif mahasiswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baikdigunakan untuk mencapai tujuan  belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif , maupun konatif (Hamid, Hasan, 1996; Kosasih, 1994).suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya , terbuka dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh dan memberikan masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan sikap, nilai dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
Secara umum, pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Hal ini karena setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pemahaman dan kemampuan, serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar. Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif diantara sesama anggota kelompok menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk sukses dalam belajar. Hal ini karena dalam cooperative learning mahasiswa diberikan kesempatan yang memadai untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkannya untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari anggota kelompok belajar lainnya dan dosen.




2.      Konsep Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajarn kooperatif :
a.       Peserta dalam kelompok.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya peneglompokan didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan atas dasar latar belakang kemampuan, pengelompokan atas dasar campuran ditinjaui dari kemampuan.
b.      Aturan kelompok
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan dan lain sebagainya.
c.       Upaya belajar
Upaya belajar adalah segala aktifitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun penigkatan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktifitas pembelajaran tersebut dilakuakan dalam kegiatan kelompok, sehingga antara peserta dapat saling mempelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan.
d.      Aspek tujuan
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaa, pelaksanaa dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
               Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (Cooperative Task) dan komponen struktur intensif kooperatif (Cooperative intencive structure). Tugas kooperatuf yang berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok. Sedangkan struktur intensif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok. Struktur intesif dianggap struktur keunikan dari pembelajaran kooperatif , karena melalui struktur intensif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran , sehingga mencapai tujuan kelompok.
            Jadi hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik , juga memberi dampak pengiring seperti relasi sosial , penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik , penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.
3.      Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa pembelajaran melaui koperatif dapat dijelaskan dari beberapa persepektif , yaitu peresepektif motivasi, persepektif sosial, persefektif pengembangan kognitif, dan persepektif elaboras kognitif.
Persepektif motivasi artinya bahwa pengahargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Persepektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua aggota kelompokmemperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan stiap anggotanya memperoleh keberhasilan.
Perspektif perkembangan koginitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi  siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi.
Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahamidan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.
Dengan demikian, karakteristik strategi pembelajaran kooperatif yaitu :
1.      Pembelajaran secara tim
Pemebelajaran kooperatif adalah pemebelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota bersifat heterogen artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda.
2.      Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umunya manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu fungsi perencanaa, organisasi, dan pelaksanaan. Fungsi perencanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota  kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas tanggung jawab setiap kelompok anggota.
3.      Kemauan untuk bekerja sama
Prinsip bekerjasama ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing , akan tetapi juag ditanamkan perlunya saling membantu.
4.      Keterampilan bekerjasama
Kemauan untuk bekerjasama itu kemuadian dipraktikan melalui aktifitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam ketermpilan bekerja sama. Dengan demikia siwa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi denagn anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi , sehingga setiap siswa dapat  menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

            Terdapat empat prinsip dalam pembelajaran kooperatif , yaitu :
1)      Prinsip ketergantungan positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala adan anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih , diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
2)      Tanggung jawab perseorangan
Keberhasilan kelompok tergantung peda setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu juga kelompok.
3)      Interksi tatap muka (Face to face Promotion Intraction)
Interksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga pada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4)      Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melath siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun , tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.

4. Langkah- langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1. Langkah pertama yang dilakukan oleh dosen adalah merancang rencana program pembelajaran. Pada langkah ini dosen mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajran. Disamping itu, dosen pun menetapkan sikap dan keterampilan yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh mahasiswa selama berlangsungnya pembelajaran.
2. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran dikelas, dosen merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan mahasiswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, dosen tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, karena pemahaman dan pedalaman materi tersebut nantinya akan dilakukan mahasiswa ketika belajar secara bersama dalam kelompok. Dosen hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan mahasiswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan.
3. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa , dosen mengarahkan dan membimbing mahasiswa , baik secara individual maupun kelompok. Baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku mahasiswa selama kegiatan belajar berlangsung. Pada saat kegiatan kelompok berlangsung, ketika mahasiswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok , dosen secara periodik memberikan layanan kepada mahasiswa , baik secara individual maupun secara klasikal.
4. Langkah keempat, dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari masing-masing kelompok untuk mempersentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, dosen bertindak sebgai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengetian dan pemahaman mahasiswa terhadap materi tau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Pada saat persentasi mahasiswa berakhir, dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pemelajaran , dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada tau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.

5.      Hasil Penelitian yang telah Dilakukan Mengenai Cooperative Learning
Van Sickle (1983) dalam penelitiannya mengenai model cooperative learning dalam implikasinya terhadap perolehan belajar siswa dan pengembangn kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam model cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dari individu siswa, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum.
Stahl (1992) dalam penelitiannya dibeberapa sekolah dasar di Amerika menemukan , bahwa penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan duiantara siswa. Penelitian ini juga menemukan bahwa model tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan social studies.
Penelitian yang dilakukan Webb (1985) menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning ,sikap dan perilaku siswa berkembang kearah suasana demonstrasi dalam kelas. Disamping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari materi.
Penelitian Snider (1986) yang dilakukan pada siswa Grade-9 untul mata pelajaran Geografi di Amerika menemukan , bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dengan perbedaan hampir 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa diajar dengan menggunakan sistem kompetisi.
Penelitian Dra. Hj Etin Solihatin, M.Pd., dkk. (2001) yang dibiayai proyek PGSM, dilakukan pada mahasiswa Penyetaraan D-3 tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta , menemukan bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong prestasi mahasiswa 20% dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri.
Mengkaji dari beberapa temuan penelitian terdahulu, tampaknya model cooperative learning menunjukan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dri pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat.
6. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif            
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran diantaranya :
§  Melalui pembelajran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
§  Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
§  Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
§  Pembelajaran kooperatif dapat membantu memperdayaan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
§  Pembelajaran kooperatif juga merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk pengembangan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
§  Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri ,meneriam umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
§  Pembelajaran kooperatif dapat menigkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
§  Interaksi selama kooperatif berlangsungdapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
 2. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Disamping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan atau keterbatasan diantaranya yaitu :
·         Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya : mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memilki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
·         Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa perr teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
·         Penilain yang diberikan dalam pemebelajaran kooperatif didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
·         Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan model strategi ini.
·         Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan  yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar begaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu, dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
       Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok , yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Ada empau unsur dalam pembelajarn kooperatif yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, adanya tujuan yang harus dicapai. Pembelajaran kooperatif juaga memiliki dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task), dan komponen struktur intensif kooperatif (cooperative incentive structure).
       Karakteristik dari pembelajaran kooperatif itu sendiri yakni pembelajaran secara tim, didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerja sama, dan keterampilan bekerja sama. Prinsipnya mengenai prinsisp ketergantungan positif , tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, dan partisipasi dan komunikasi.
       Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yakni memudahkan siswa dalam memahami dan mengerti materi pelajaran karena dengan adanya kerjasama belajar denagn kelompok ataupun temannya itu mengefektifkan pembelajaran berlangsung.serta kelemahan dari model pembelajaran kooperatif yaitu dalam memahami filosofi tentang model ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. Serta dalam pembelajaran pun akan sedikit memakan wkatu yang lama.
B.     Saran
Begitu banyak model pembelajarn yang digunakan untuk saat ini, tidak lain tujuannya sendiri untuk lebih mengefektif dan mengefisiensikan pembelajaran berlangsung. Akan tetapi dari masing-masing model pembelajran yang begitu bermacam-macam memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Oleh karena itu, makalah ini pemabahas tentang model pembelajaran kooperatif atau cooperative learnig yang masih jauh dalam kesempurnaan. Akan tetapi penyususn harap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua selaku mahasiswa yang masih dalam tahap belajar. Kurang dan lebihnya penyusun memohon maaf. Sekian. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA


Prof. Sanjaya Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Slavin E. Robert, 2005. Cooperative learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Dra. Solihatin Etin & Raharjo, 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar