BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kelompok merupakan konsep yang penting
dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas
dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai
kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secar tatap muka, dan
setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya.
Sehingga, mereka merasa memiliki, dan merasa saling ketergantungan secara
positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pendidikan ada yang disebut dengan
pembelajaran kooperatif. Dimana pembelajan kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran. Dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Pembelajran kooperatif bukanlah gagasan
baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini
hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti
tugas-tugas atau laporan tertentu. Namun demikian, penelitian selama dua tahun ini
telahmengidentifikasi metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan
secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkanberbagai macam
mata pelajaran. Mulai dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah
yang kompleks. Selain itu, pembelajran kooperatif juga memiliki kelebihan yang
sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang
etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara
akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya
untuk menggunakan pembelajran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda.
B.
Rumusan
Masalah
1. Pengertian
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
2. Konsep
Pembelajaran Kooperatif
3. Karakteristik
dan Prinsip Pembelajaran Kooperatif
4. Langkah-langkah
dalam Pembelajaran Kooperatif
5.
Hasil Peelitian yang
telah Dilakukan Mengenai Cooperative
Learning
6.
Keunggulan dan
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
C.
Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini penyusun
bertujuan agar seluruh mahasiswa dan mahasiswi IAID dapat memahami dan mengerti
tentang Pembelajaran Kooperatif. Terutama dapat mengaplikasikan dalam pembelajran
berlangsung nanti. Serta menjadi bekal bagi calon pendidik supaya lebih mantap
saat persiapan mengahadapi pembelajran dengan anak didik (siswa). Selain itu,
tujuannya yakni agar dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhka
sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat berfikir bersama dalam
pemecahan masalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
Cooperative
mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan ,
1996). Dalam kegiatan kooperatif, mahasiswa secara individual mencari hasil
yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi belajar koopertif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajran yang memungkinkan mahasiswa
bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya
dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut Slavin (1984)
mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya
yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajra dari
kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara
individual ataupun kelompok.
Pada
dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok , yang terdiri dari dua
orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Aplikasinya
didalam pembelajaran dikelas, model
pembelajaran ini mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan
dialami oleh mahasiswa dalam keseharian, dengan bentuk yang disederhanakan
dalam kehidupan kelas. Model pembelajaram ini memandang bahwa keberhasilan
dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari dosen , melainkan bisa
juga dari pihak yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
Keberhasilan
belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan
individu secara utuh, melainkan persoalan belajar itu akan baik apabila secara
bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar
dari teman yang sebaya dan dibawah bimbingan dosen, maka proses penerimaan dan
pemahaman mahasiswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang
dipelajari. Model belajar cooperative learning merupakan suatu model
pembelajaran yang membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya
sesuai dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja secara
bersama-sama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan
perolehan belajar.
Model
belajar cooperative learningmendorong peningkatan kemampuan mahasiswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena
mahasiswa dapat bekerja sama dengan mahasiswa lain dalam menemukan dan
merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang
dihadapi.
Berdasarkan
pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan menggunakan model
cooperative learning, pengembangan kualitas diri mahasiswa terutama aspek
afektif mahasiswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok
kecil dengan prinsip kooperatif sangat baikdigunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif
, maupun konatif (Hamid, Hasan, 1996; Kosasih, 1994).suasana belajar yang
berlangsung dalam interaksi yang saling percaya , terbuka dan rileks diantara
anggota kelompok memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh dan
memberikan masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan sikap, nilai
dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
Secara
umum, pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota
kelompok sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh keberhasilan dalam
belajarnya. Hal ini karena setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling
membagi pengetahuan, pemahaman dan kemampuan, serta saling mengoreksi antar
sesama dalam belajar. Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif diantara
sesama anggota kelompok menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk
sukses dalam belajar. Hal ini karena dalam cooperative learning mahasiswa
diberikan kesempatan yang memadai untuk memperoleh berbagai informasi yang
dibutuhkannya untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari
anggota kelompok belajar lainnya dan dosen.
2.
Konsep
Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajarn kooperatif :
a. Peserta
dalam kelompok.
Peserta
adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar.
Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan,
diantaranya peneglompokan didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan
atas dasar latar belakang kemampuan, pengelompokan atas dasar campuran
ditinjaui dari kemampuan.
b. Aturan
kelompok
Aturan
kelompok adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan semua pihak yang
terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota
kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok,
waktu dan tempat pelaksanaan dan lain sebagainya.
c. Upaya
belajar
Upaya
belajar adalah segala aktifitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang
telah dimiliki maupun penigkatan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek
pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktifitas pembelajaran tersebut
dilakuakan dalam kegiatan kelompok, sehingga antara peserta dapat saling
mempelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan.
d. Aspek
tujuan
Aspek
tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaa, pelaksanaa dan evaluasi.
Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran
setiap kegiatan belajar.
Pembelajaran kooperatif mempunyai
dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (Cooperative Task) dan
komponen struktur intensif kooperatif (Cooperative
intencive structure). Tugas
kooperatuf yang berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas kelompok. Sedangkan struktur intensif kooperatif
merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama
mencapai tujuan kelompok. Struktur intesif dianggap struktur keunikan dari
pembelajaran kooperatif , karena melalui struktur intensif setiap anggota kelompok
bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai
materi pelajaran , sehingga mencapai tujuan kelompok.
Jadi
hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain
memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta
didik , juga memberi dampak pengiring seperti relasi sosial , penerimaan
terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik ,
penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.
3.
Karakteristik
dan Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Slavin,
Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa pembelajaran melaui koperatif
dapat dijelaskan dari beberapa persepektif , yaitu peresepektif motivasi,
persepektif sosial, persefektif pengembangan kognitif, dan persepektif elaboras
kognitif.
Persepektif
motivasi artinya bahwa pengahargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan
setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan
setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini
akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan
kelompoknya.
Persepektif
sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam
belajar karena mereka menginginkan semua aggota kelompokmemperoleh
keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh
kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok
menginginkan stiap anggotanya memperoleh keberhasilan.
Perspektif
perkembangan koginitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok
dapat mengembangkan prestasi siswa untuk
berfikir mengolah berbagai informasi.
Elaborasi
kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahamidan menimba
informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.
Dengan demikian,
karakteristik strategi pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Pembelajaran
secara tim
Pemebelajaran
kooperatif adalah pemebelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap
anggota bersifat heterogen artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda.
2. Didasarkan
pada manajemen kooperatif
Sebagaimana
pada umunya manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu fungsi perencanaa,
organisasi, dan pelaksanaan. Fungsi perencanaan menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan
secara efektif. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif
harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah
disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota
kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas tanggung jawab setiap kelompok
anggota.
3. Kemauan
untuk bekerja sama
Prinsip
bekerjasama ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota
kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing , akan
tetapi juag ditanamkan perlunya saling membantu.
4. Keterampilan
bekerjasama
Kemauan
untuk bekerjasama itu kemuadian dipraktikan melalui aktifitas dan kegiatan yang
tergambarkan dalam ketermpilan bekerja sama. Dengan demikia siwa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi denagn anggota lain. Siswa
perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi
, sehingga setiap siswa dapat
menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi
kepada keberhasilan kelompok.
Terdapat empat prinsip dalam pembelajaran
kooperatif , yaitu :
1) Prinsip
ketergantungan positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang
efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai
dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif,
artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala adan anggota yang
tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik
dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan
lebih , diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.
2) Tanggung
jawab perseorangan
Keberhasilan kelompok tergantung peda
setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab
sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk
keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan
penilaian terhadap individu juga kelompok.
3) Interksi
tatap muka (Face to face Promotion Intraction)
Interksi tatap muka akan memberikan
pengalaman yang berharga pada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,
menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan
mengisi kekurangan masing-masing.
4) Partisipasi
dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melath siswa
untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Guru perlu membekali
siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan
kemampuan berbicara. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi siswa
perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya cara
menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun , tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggapnya baik dan berguna.
4. Langkah-
langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
1.
Langkah pertama yang dilakukan oleh dosen adalah merancang rencana program
pembelajaran. Pada langkah ini dosen mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajran. Disamping itu, dosen pun menetapkan
sikap dan keterampilan yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh
mahasiswa selama berlangsungnya pembelajaran.
2.
Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran dikelas, dosen merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan mahasiswa dalam
belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan
materi, dosen tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, karena
pemahaman dan pedalaman materi tersebut nantinya akan dilakukan mahasiswa
ketika belajar secara bersama dalam kelompok. Dosen hanya menjelaskan
pokok-pokok materi dengan tujuan mahasiswa mempunyai wawasan dan orientasi yang
memadai tentang materi yang diajarkan.
3.
Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa , dosen
mengarahkan dan membimbing mahasiswa , baik secara individual maupun kelompok.
Baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku mahasiswa selama
kegiatan belajar berlangsung. Pada saat kegiatan kelompok berlangsung, ketika
mahasiswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok , dosen secara
periodik memberikan layanan kepada mahasiswa , baik secara individual maupun
secara klasikal.
4.
Langkah keempat, dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari
masing-masing kelompok untuk mempersentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi
kelas ini, dosen bertindak sebgai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk
mengarahkan dan mengoreksi pengetian dan pemahaman mahasiswa terhadap materi
tau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Pada saat persentasi mahasiswa
berakhir, dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi diri terhadap
proses jalannya pemelajaran , dengan tujuan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada tau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan
selama pembelajaran.
5.
Hasil
Penelitian yang telah Dilakukan Mengenai Cooperative
Learning
Van Sickle (1983) dalam penelitiannya
mengenai model cooperative learning
dalam implikasinya terhadap perolehan belajar siswa dan pengembangn kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing
secara individual dan kelompok dalam model cooperative
learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dari individu siswa,
berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mendorong peningkatan dan
kegairahan belajar siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum.
Stahl (1992) dalam penelitiannya
dibeberapa sekolah dasar di Amerika menemukan , bahwa penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya
sikap kesetiakawanan dan keterbukaan duiantara siswa. Penelitian ini juga
menemukan bahwa model tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai
sosial dalam pendidikan social studies.
Penelitian yang dilakukan Webb (1985)
menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning ,sikap dan perilaku siswa berkembang kearah suasana demonstrasi dalam
kelas. Disamping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih
bergairah dan termotivasi dalam mempelajari materi.
Penelitian Snider (1986) yang dilakukan
pada siswa Grade-9 untul mata pelajaran Geografi di Amerika menemukan , bahwa
penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi
belajar siswa dengan perbedaan hampir 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh
siswa diajar dengan menggunakan sistem kompetisi.
Penelitian Dra. Hj Etin Solihatin,
M.Pd., dkk. (2001) yang dibiayai proyek PGSM, dilakukan pada mahasiswa
Penyetaraan D-3 tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri
Jakarta , menemukan bahwa penggunaan model cooperative learning sangat
mendorong prestasi mahasiswa 20% dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa
untuk belajar mandiri.
Mengkaji dari beberapa temuan penelitian
terdahulu, tampaknya model cooperative learning menunjukan efektivitas yang
sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dri pengaruhnya
terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan
sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam
kehidupannya di masyarakat.
6. Keunggulan
dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1. Keunggulan Pembelajaran
Kooperatif
Keunggulan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran diantaranya :
§ Melalui
pembelajran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
§ Pembelajaran
kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
§ Pembelajaran
kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
§ Pembelajaran
kooperatif dapat membantu memperdayaan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
§ Pembelajaran
kooperatif juga merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk pengembangan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
§ Melalui
pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri ,meneriam umpan balik. Siswa dapat berpraktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
§ Pembelajaran
kooperatif dapat menigkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
§ Interaksi
selama kooperatif berlangsungdapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka
panjang.
2. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Disamping keunggulan,
pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan atau keterbatasan diantaranya
yaitu :
·
Untuk memahami dan
mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak
rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya : mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap
kurang memilki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim
kerjasama dalam kelompok.
·
Ciri utama dari
pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena
itu, jika tanpa perr teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran
langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
·
Penilain yang diberikan
dalam pemebelajaran kooperatif didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun
demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
·
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan model strategi ini.
·
Walaupun kemampuan
bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi
banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya
melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga
harus belajar begaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal
itu, dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cooperative
learning mengandung pengertian
sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok , yang terdiri
dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Ada empau unsur dalam pembelajarn kooperatif yaitu adanya peserta
dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota
kelompok, adanya tujuan yang harus dicapai. Pembelajaran kooperatif juaga
memiliki dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task), dan komponen struktur
intensif kooperatif (cooperative
incentive structure).
Karakteristik
dari pembelajaran kooperatif itu sendiri yakni pembelajaran secara tim,
didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerja sama, dan
keterampilan bekerja sama. Prinsipnya mengenai prinsisp ketergantungan positif
, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, dan partisipasi dan
komunikasi.
Pembelajaran
kooperatif memiliki kelebihan yakni memudahkan siswa dalam memahami dan
mengerti materi pelajaran karena dengan adanya kerjasama belajar denagn
kelompok ataupun temannya itu mengefektifkan pembelajaran berlangsung.serta
kelemahan dari model pembelajaran kooperatif yaitu dalam memahami filosofi
tentang model ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. Serta dalam
pembelajaran pun akan sedikit memakan wkatu yang lama.
B.
Saran
Begitu banyak model pembelajarn
yang digunakan untuk saat ini, tidak lain tujuannya sendiri untuk lebih
mengefektif dan mengefisiensikan pembelajaran berlangsung. Akan tetapi dari
masing-masing model pembelajran yang begitu bermacam-macam memiliki keunggulan
dan keterbatasan masing-masing. Oleh karena itu, makalah ini pemabahas tentang
model pembelajaran kooperatif atau cooperative
learnig yang masih jauh dalam kesempurnaan. Akan tetapi penyususn harap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua selaku mahasiswa yang
masih dalam tahap belajar. Kurang dan lebihnya penyusun memohon maaf. Sekian.
Terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof. Sanjaya Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Slavin E. Robert, 2005. Cooperative learning Teori, Riset dan
Praktik. Bandung : Nusa Media.
Dra. Solihatin Etin & Raharjo,
2005. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.